Dirjen Migas Kementerian ESDM RI, Evita Legowo bersama Wako Eddy meninjau angkot KM 5 yang menggunakan BBG. |
Pemerintah Kota Palembang mulai tahun depan secara bertahap akan menerapkan penggunaan Bahan Bakar Gas (BBG) pada angkutan kota dan taksi. Hal ini seiring dengan adanya kebijakan pemerintah pusat, yang mewajibkan pemakaian BBG untuk angkutan massal.
Demikian terungkap dalam peresmian pemakaian BBG untuk transportasi umum di Pemkot Palembang, Rabu (21/12). Dalam kesempatan itu, Pemkot menerima bantuan 200 converter kit dari Kementerian Enegi dan Sumber Daya Manusia (ESDM).
Bantuan ini diharapkan dapat digunakan Pemkot untuk diterapkan pada angkot dan taksi di Palembang. Wali Kota Palembang, Ir H Eddy Santana Putra MT mengatakan, penerapan BBG ini sendiri sebenarnya sudah mulai dilakukan tahun lalu di Palembang. Namun, tidak begitu berhasil karena dari 666 angkot yang memakai converter kit, hanya 60 angkot saja yang aktif memakainya.
“Karena belum ada bengkel untuk converter kit. Jadi, kalau ada kerusakan, para sopir angkot ini bingung mau kemana. Nah, saya harap untuk bantuan converter kit sekarang kualitasnya lebih baik. Apalagi, kalau disediakan bengkel untuk perbaikan converter kit ini. Sehingga, kalau ada masalah dengan converter kit, sopir bisa langsung ke bengkel converter kit tersebut,” papar dia.
Eddy menambahkan, jika program ini berjalan dengan lancar, pihaknya juga akan mengeluarkan surat edaran ke semua SPBU, untuk tidak melayani angkot atau taksi yang sudah memiliki BBG. “Angkot dan Taksi nantinya akan wajib memakai BBG. Selain mengurangi penggunaan BBM bersubsidi juga ramah lingkungan. Tentunya, kita juga akan melengkapi sarana pendukungnya seperti Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBBG) sudah banyak,” ungkapnya.
Rencananya, di Palembang nantinya akan dibangun 5 lagi SPBBG oleh Kementerian ESDM RI. Lokasinya, tersebar di lima tempat, diantaranya di Jalan Kolonel Barlian, R Soekamto, Residen Abdul Rozak, Ki Merogan dan satu lagi masih dicari lokasi yang tepat di pusat kota.
Sementara, Dirjen Migas Kementerian ESDM RI, Evita Legowo mengatakan, penggunaan BBG ini adalah salah satu upaya untuk mengurangi pemakaian BBM bersubsidi di Indonesia. Ditargetkan, pada tahun 2025 penggunaan BBM bersubsidi di Indonesia sudah makin berkurang hingga tinggal 20 persen saja.
“Subsidi BBM sangat tinggi, untuk tahun ini sampai Rp 168 triliun. Kalau buat kilang baru, bisa sampai dua kilang baru. Karena itu, sekarang kita terus berupaya untuk mengurangi pemakaian BBM bersubsidi,” ucapnya, seraya mengatakan converter kit kali ini buatan PT Dirgantara Indonesia dengan pasokan gas dari PT Medco Indonesia.
Diakui Evita, program converter kit ini sudah pernah jalan di Palembang. Namun, belum optimal. “Memang kita (ESDM), karena dulu kita hanya bantu converter kit saja tidak menyiapkan bengkel. Sekarang, kita juga siapkan bengkel dan bantu bangun SPBBG, dan jaminannya sampai lima tahun,” katanya.
Evita menambahkan, kendala utama penggunaan gas di sektor transportasi umum dan taksi, adalah besarnya biaya untuk membeli satu unit converter kit. Untuk itu, pemerintah akan menyiapkan perawatan secara gratis.
“Nah, kalau sudah ada bengkel gratis ini, pemilik atau supir angkutan umum jangan lagi mengutak-atik alat converter kit tersebut. Hal ini bisa berbahaya jika dilakukan tidak benar. Converter tersebut memiliki tekanan gas yang sangat besar sekitar 200 bar dan sangat berbahaya jika ada kebocoran gas,” imbuhnya.
Untuk tahun depan, pemerintah pusat menargetkan program gasifikasi ini mulai berjalan di Pulau Jawa dan Bali. “Tapi, karena kita lihat komitmen Palembang juga kuat untuk menerapkan gasifikasi, jadi sekarang ESDM bantu 200 converter kit lagi untuk Palembang,” tukasnya. (ika)
0 komentar:
Posting Komentar